Kamis, 27 Agustus 2009

Dia Tetap Berpegang kepada jilbabnya, Walaupun Kapal akan Tenggelam

Dicopy dengan sedikit perubahan dari buku Saudariku Kapan Kembali ke Jalan Tuhanmu?

Inilah kisah tentang wanita Mesir yang bersama suaminya akan menunaikan ibadah haji. Mereka datang melalui jalan laut. Mereka tiba dan menunaikan manasik haji.

Mereka thawaf di Ka’bah, melakukan sa’i, meminum air zam-zam, dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Mereka tiada henti-hentinya meneteskan air mata, hingga kembali pulang menuju negeri mereka melalui jalan laut. Suaminya berkata, “Kami berada di dalam sebuah ruangan kamar kapal laut. Ada saya, istri dan anak-anak saya.”

Ketika itu kami sedang bercengkerama, tiba-tiba terdengar teriakan keras dan hentakan telapak kaki. Saya pun keluar untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata semua orang berteriak dengan keras, “Kapal akan tenggelam. Kapal akan tenggelam!”

Dengan penuh ketakutan, saya secepatnya kembali ke kamar dan berkata kepada istri saya, “Kita harus segera keluar, kapal ini akan tenggelam, kapal ini akan tenggelam!” Tapi istri saya menolak, “Tidak, aku tidak akan keluar.”

“Apa yang kamu katakan? Apa kamu sudah gila? Apa akalmu telah hilang? Kapal ini akan tenggelam, kamu ingin mati?”

Dia menjawab, “Aku tidak akan keluar sebelum aku mengenakan jilbabku dengan sempurna.”

Saya berusaha menjelaskan kepadanya bahwa orang-orang saat ini tidak akan sempat memandang wanita, karena sedang berada dalam bencana yang besar.

Istriku menjawab, “Aku tidak akan berdebat dalam perkara ini dan janganlah engkau mendebatku dalam masalah ini. Demi Allah, aku tidak akan keluar dari kamar ini kecuali aku telah mengenakan jilbabku dengan sempurna, jilbab yang diperintahkan oleh Allah kepadaku.”

Aku pasrah dengan realita yang terjadi. Maka dia mengenakan jilbabnya. Saat itu orang-orang saling mendorong ingin menye-lamatkan diri mereka masing-masing.

Lalu dia mengenakan jilbabnya yang mengagumkan. Saat itu istriku tampak sangat tenang. Tidak terlihat tanda-tanda gelisah, takut, dan bersedih. Kemudian kami keluar dan ia telah mengenakan jilbabnya dengan sempurna. Aku memegang tangannya dan ia memegang erat tanganku.”

Tiba-tiba istriku bertanya, “Wahai suamiku, apakah engkau ridha kepadaku?” Aku pun menjawab,”Ya.”

Sungguh aku merasa aneh dengan pertanyaannya. Apakah ini saat yang tepat dia bertanya begitu?”

Dengan jawabanku itu, istriku merasa gembira dan aman. Ia menyunggingkan senyuman. Lalu kami pergi untuk mencari keselamatan. Akan tetapi kami dipisahkan oleh ombak yang besar. Akhirnya kapal kami pun tenggelam.

Tak lama kemudian datanglah tim penyelamat. Mereka menyelamatkan orang-orang yang masih bisa diselamatkan dan tidak mampu menyelamatkan sisanya.

Saya termasuk orang yang selamat. Saya dan anak-anak mencari istri saya di tengah orang-orang yang selamat, namun saya tidak menemukannya. Lalu saya pergi ke tempat para jenazah korban yang tenggelam. Saya mendapatkannya dalam keadaan telah mati dalam jilbabnya.

Sahl bin Abdullah At-Tustury berkata, “jilbabmu atau Neraka? Bertakwalah kepada Allah dalam masalah simbol kesucian dan kehormatan. Jangan melepaskannya bagai­manapun kondisi dan keadaanmu…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar